Syelamat syiang semuanya.
Kali ini mari kita ngomongin tentang kebudayaan masyarakat Indonesia dewasa ini. Yak, apalagi kalo bukan jejaring sosial atau sering disebut socmed dalam bahasa (yang dianggap) gaul.
Tapi tapi, seperti biasa point of view tulisan kali ini dari sisi saya aja dan dipenuhi berbagai realita personal gitu deh.
*sayup-sayup terdengar suara kursor bergeser ke arah tanda silang kanan atas*
Dalam post ini saya akan menggunakan metodologi sampling, yaitu saya akan mengambil contoh dari beberapa jejaring sosial yang sedang ataupun pernah mampir dalam hidup saya dalam waktu agak lamaan. Yah katakanlah > 3 bulan lah ya.
6. Friendster
Eh yang ini udah kukut dari dulu ya? Yang jelas kalau diibaratkan film, ini adalah Petualangan Sherina yang notabene adalah film pertama yang saya tonton. As well as Friendster ini. Dia cinta pertama saya dalam dunia jejaring sosial. Kami bertemu di awal perkenalan saya dengan dunia maya. Setelah saya bosan membuka situs Primbon dan search gambar-gambar kartun di Google. Kira-kira tahun 2007 gitu waktu masih freshgraduate dari SD. Wakaka.Di mana pada saat itu halaman profil friendster saya penuh dengan glitter warna-warni yang menyulapkan mata. Dan about me-nya yang diindikasikan panjangnya melebihi satu folio bolak-balik. (Ya. Bakat saya gonta-ganti bio telah terlihat sejak masih belia) Dan kolom testimonials yang penuh dengan "Koq cuma view ajja?"
Astaghfirullahalazim. Sudah sudah, lebih baik kita move on.
5. Facebook
Kurang lebih tahun 2008, saya kenalan sama Facebook. Dengan tampilan yang lebih elegan dan simple. Games-nya banyak. Betapa tentramnya Facebook di kala itu sehingga saya memutuskan untuk mencampakkan Friendster. Wall-wallan, comment status, nulis notes, chat, tag foto, main Pet Society, rasan-rasan di group.Namun seiring berjalannya waktu, kenaifan naluri SMP saya membuat Facebook tak seindah dulu. Saya juga ga ngerti pola pikir saya waktu nge-accept semua friend requests. Dipikir kalo friends-nya banyak jadi sangar gitu po piye ya.
Sebenernya sampai hari ini saya masih rutin sih buka Facebook. Soalnya fiturnya emang paling lengkap daripada socmed yang lain. Cuma ya itu, orang-orang di dalemnya itu lho.
Pernah suatu ketika waktu SMP saya update status marah-marah gitu, tentang masalah sekolah. Dan bodohnya saya lupa kalo salah satu guru ada yang udah temenan sama saya di Facebook. Di-comment deh tuh. Bodohnya lagi saya lupa ibu saya juga punya Facebook! Dan entah bagaimana, semesta berkonspirasi membuatnya melihat status saya yang itu. Dimarahin lah...
4. Foursquare
Ini adalah jejaring sosial yang paling susah dipahami. Ga jelas apa motivasi saya daftar Foursquare. Untung cuma bertahan 3 bulan. Check in. Check in. Add Friend. Check in. Check in. Dapet badge. Apaan gitu lho. Kecuali yang mau mengukuhkan eksistensinya sebagai bukan anak rumahan, saya paham sih. Hahaha.3. Twitter
Yuhu. Bisa diibaratkan yang satu ini adalah pacar saya. Rasanya ga bisa gitu ga buka Twitter sehari aja.
Sekadar kepo-kepo, atau retweet ga penting, atau ganti bio. (C'mon, Nis)
Satu-satunya yang saya suka di sini yaitu bisa update status semenit sekali tanpa disangka orang gila! Ya at least karena followers saya isinya temen-temen sepantaran yang sebagian besar juga melakukan hal yang sama.
Satu-satunya yang paling saya inget dari Twitter adalah sindir-sindiran dan ngepo tweets orang. Sumpah ya kayak kekurangan dosa aja. Tapi ya mau gimana lagi ya, itu sudah menjadi sebuah rutinitas buruk yang susah banget dihilangkan. Kalo kata Bu Ambar, "Sedhakep ngawe-awe." Mau tobat tapi niatnya belum beneran.
Tapi ga melulu Twitter isinya begitu kok. Di Twitter saya suka sama konsepnya.
Satu, konsep 140 karakter.
Ga usah ngomong banyak-banyak, biar pembaca yang menafsirkan. Tapi mungkin ini juga kali ya yang menyebabkan proses judge-mengejudge antar pengguna Twitter. Yang jelas sebagian orang bisa melakukan itu, dan membuat mereka punya ribuan followers (dan biasanya ujung-ujungnya launching buku) dan disebut sebagai "selebtwit." Pinter-pinternya aja ya memanfaatkan hal sesederhana Twitter.
Dua, Trending Topic.
Mmm awalnya sih seru. Mempermudah searching hashtag-hashtag yang bermanfaat gitu. Misal waktu gempa Haiti, hashtag lucu-lucu, #indonesiaunite, kamseupay (?), Shinta Jojo Keong Racun (?).
Tapi kok lama-lama sebagian orang menganggap kalo masuk TT itu sangar. Dari acara berita yang kayak kurang event buat diberitakan sampe beritain tweet orang, bahkan acara-acara TV yang udah punya nama sekalipun bawa-bawa masuk Trending Topic World Wide. Trus kon ngapakke. #nomention
Tiga, Follow.
Ini sebenernya udah efisien banget. Yang mau follow silakan, ga suka tinggal unfollow. Tapi masih ada aja yang protes sama isi Timeline-nya sendiri. Ya tapi saya paham sih rasanya pekewuh dimintain folback sama alay yang kebetulan kita kenal..... (Ya. Terimalah bahwa sebagian teman kita menulis tweet yang tidak terlalu sedap dipandang)
2. Tumblr
Merasa terkungkung dengan 140 karakter, saya pun beralih ke Tumblr. Awalnya asik aja. Lama-lama setelah tau Tumblr isinya gambar dan quote lucuk-lucuk, tangan ini gatal dan tak kuasa berhenti reblog.
1. Blogspot
Yang ini ibaratnya selingkuhan saya. Ga pernah saya liat-liatin ke orang, dibukanya juga ga sering-sering amat. Tapi sama dia saya nyaman aja.
Di sini saya merasa lebih jujur daripada di jejaring sosial tersebut di atas. Mungkin di Facebook saya ga berani pasang status lagi. Di Twitter saya kadang ngetweet sok elegan. Di Tumblr saya kebanyakan reblog. Nah, di blogger ini sekali bikin postingan rasanya bener-bener merdeka. Hahaha. Apalagi yang tau blog ini paling juga cuma beberapa orang: yang pernah ngeklik link di Twitter (yang saya pasang 3 hari pertama), yang saya kasih tau, dan yang nge-googling nama saya. Which one are you? Hehehe.
Dan yang jelas mekanika follow di sini berjalan sesuai hakikat awal karena ga banyak usernya. Klik follow nya juga lebih ribet juga sih.
Tapi jujur sejujur apa pun di socmed tetep aja lah ada sisi ga jujurnya. Nunjukin yang bagus aja, itu pun masih dibagus-bagusin. Naluri manusia buat show off emang kegedean. Buat kebanyakan orang sih. Lagi-lagi menurut saya lhoooo.
Dont judge anyone from his profile page
0 comments