Nemu foto-foto liburan kemarin di folder lawas.
Ini foto waktu di BNS dari atas kereta genjot atau apalah itu ga tau namanya.
Kalo yang ini waktu di Taman Safari.
Liburan tinggal 2 minggu dan belum ngapa-ngapain.
Kamar masih berantakan. Buku-buku belum di-pack. Belum jadi bikin clay. Buku gambar masih suwung.
Mana minggu besok udah MOS. Za ampun..
Btw gara-gara kemarin pinjem kameranya Bud saya jadi pengen SLR. Tapi dipikir-pikir mengingat kapasitas uang jajan dan hobi saya menghabiskan uang jajan, kalo nabung sekarang baru bisa kebeli 7 tahun lagi yake.
Hiks.
Annisa?
Iyaaa.
Ada yang baru nih.
Apaaa?
Wallsticker rasa pegel!
....
Oke, sepertinya saya menderita jayus kronis. Harap maklum dan jangan dihiraukan ya saudara-saudara.
To the point aja deh. Jadi, tadi malem saya tidur cepet. Lagi nonton Extremely Loud and Incredibly Close terus ketiduran. Jam 8nan. Bangun jam 5 pagi. Aih indahnya tidur 9 jam.
Bukan... Bukan itu sih intinya.
Terus habis itu saya nyuci oleh-oleh dari kos. Terus beres-beres kamar. Istri idaman banget kan.
Nah yang ini baru intinya.
Waktu lagi ngerapiin barang-barang di lemari, kok ada gulungan gitu ya dalem plastik. Saya pun menarik barang tersebut keluar. Dan ternyata isinya wallsticker gretongan dari kakak saya beberapa bulan yang lalu. Waktu itu emang saya bilang ke dia pengen itu, soalnya pengen makeover kamar gitu deh. Tapi apa daya kantong anak kos, ga mampu beli wallpaper dan males banget kalo ngecat ulang. Jadi wallsticker itu emang pilihan yang tepat, udah murah dan yang paling penting GA RIBET.
Nah, wallsticker tadi gambarnya tiang listrik gitu dan keliatannya masangnya agak rumit. Namun karena tadi saya lagi suwung dan sedang dalam mode istri yang baik, jadi saya memutuskan mendedikasikan minggu pagi saya yang indah buat nempel itu wallsticker.
Sumpah waktu awal-awal nempelnya menyenangkan sekali. "Owalah cuma gini toh."
Tapi ternyata oh ternyata... Saya belum menyadari rintangan macam apa yang telah terhampar di hadapan.
Nempel kabel-kabelnya itu benar-benar gaple. Cocok buat yang mau melatih kesabaran. :)
Hasilnya ga sebagus di gambar. Dan sedikit tidak worth it mengingat nempelnya yang berbalur keringat dan air mata.
Ada yang penasaran gimana masang ujung kabelnya yang njengat ke atas 3 meteran itu mengingat keterbatasan tinggi badan saya?
Ini jawabannya..
Masih ditambah njot-njotan di kasur, penggaris 30cm yang disambung sama penggaris 30 cm lagi, dan ndangak-ndangak sampe leher mau copot rasanya... Iya. Saya emang seimut itu.
Maafkan aku, Jimmy.
Iyaaa.
Ada yang baru nih.
Apaaa?
Wallsticker rasa pegel!
....
Oke, sepertinya saya menderita jayus kronis. Harap maklum dan jangan dihiraukan ya saudara-saudara.
To the point aja deh. Jadi, tadi malem saya tidur cepet. Lagi nonton Extremely Loud and Incredibly Close terus ketiduran. Jam 8nan. Bangun jam 5 pagi. Aih indahnya tidur 9 jam.
Bukan... Bukan itu sih intinya.
Terus habis itu saya nyuci oleh-oleh dari kos. Terus beres-beres kamar. Istri idaman banget kan.
Nah yang ini baru intinya.
Waktu lagi ngerapiin barang-barang di lemari, kok ada gulungan gitu ya dalem plastik. Saya pun menarik barang tersebut keluar. Dan ternyata isinya wallsticker gretongan dari kakak saya beberapa bulan yang lalu. Waktu itu emang saya bilang ke dia pengen itu, soalnya pengen makeover kamar gitu deh. Tapi apa daya kantong anak kos, ga mampu beli wallpaper dan males banget kalo ngecat ulang. Jadi wallsticker itu emang pilihan yang tepat, udah murah dan yang paling penting GA RIBET.
Nah, wallsticker tadi gambarnya tiang listrik gitu dan keliatannya masangnya agak rumit. Namun karena tadi saya lagi suwung dan sedang dalam mode istri yang baik, jadi saya memutuskan mendedikasikan minggu pagi saya yang indah buat nempel itu wallsticker.
Sumpah waktu awal-awal nempelnya menyenangkan sekali. "Owalah cuma gini toh."
Tapi ternyata oh ternyata... Saya belum menyadari rintangan macam apa yang telah terhampar di hadapan.
Nempel kabel-kabelnya itu benar-benar gaple. Cocok buat yang mau melatih kesabaran. :)
Hasilnya ga sebagus di gambar. Dan sedikit tidak worth it mengingat nempelnya yang berbalur keringat dan air mata.
Ada yang penasaran gimana masang ujung kabelnya yang njengat ke atas 3 meteran itu mengingat keterbatasan tinggi badan saya?
Ini jawabannya..
Masih ditambah njot-njotan di kasur, penggaris 30cm yang disambung sama penggaris 30 cm lagi, dan ndangak-ndangak sampe leher mau copot rasanya... Iya. Saya emang seimut itu.
Maafkan aku, Jimmy.
Mungkin ngeblog bagi saya itu kayak menstruasi kali ya. Ada siklusnya dan butuh hormon-hormon tertentu. Ada saatnya saya males banget ngisi blog dan ada saatnya sehari pengen nge-post terus. Kayak hari ini nih.
Nemu post iseng tapi wagu. For fun lah ya habis rapotan.(Yuhu libur telah tiba!)
Coba deh, kalo ga ada kerjaan.
RULES:
1. Put your iTunes, Windows Media Player, etc. on shuffle.
2. For each question, press the next button to get your answer.
3. You must write that name song down not matter how silly it sounds
4. Have Fun!
If someone says 'are you okay', you say?
California King Bed - Rihanna
(Are you okay? In this California King beeeed. Oke. Mungkin permulaan yang tidak terlalu bagus.)
How would you describe yourself?
Happy Ending - Abdul & The Coffee Theory
(Karena aku...happy endingmu)
What do you like in a guy/girl?
Mencuri Hati - RAN
(Ya ampun cucok nih yang ini. Yang mencuri hatikyu.)
How do you feel today?
Don't Say You Love Me - M2M
(Cucok lagi. Read this boy.)
What is your life's purpose?
Endless Love - Glee Cast
(... Ama that desperate?)
What's your motto?
Runaway - Bruno Mars
(Emangnya saya teroris?)
What do ur friends think of u?
Sang Pemimpi - Gigi
(Tuh kan cocok lagi!)
What do your parents think of you?
Something More - Secondhand Serenade
( I will be, parrents. Hangin there, in six years maybe? Doakan anakmu ini.)
What do you think about very often?
Deer In The Headlights - Owl City
(Oke. Kesannya saya seperti pejantan rusa di musim kawin)
What is 2 + 2?
Goodbye Lullaby - Avril
(No comment.)
What do you think of your best friend?
No Parade - Jordin Sparks
(No parades ya babes. Catet.)
What is your life story?
Hollywood - Michael Buble
(OMG! Apakah ini adalah suatu pertanda bahwa saya memang ditakdirkan jadi artis hollywood?)
What do you want to be when you grow up?
Be Mine - Adhitya
(I want to be mine. Antara nyambung dan ga nyambung sih ya...)
What do you think when you see the person you like?
Go On Girl - Ne Yo
(Tuh. Go on, Nis!)
What will you dance to at your wedding?
What The Hell - Avril
(What the hell banget. I'm sure I won't dance. Moreover to this song.)
What will they play at your funeral?
Happy Ending - Mika
(Jangan dong. Masa No hope no love no glory no happy ending.)
What is your hobby/interest?
Everything - Michael Buble
(Okesip)
What is your biggest fear?
Careful - Paramore
(Oh mungkin karena ini saya jadi susah banget careful?)
What is your biggest secret?
Summertime - Cody Simpson
(Sumpah saya ga ngapa-ngapain sama Cody summer kemarin.)
What do you want right now?
Let The Rain - Sara Bareilles
(Tau aja lagi galau.)
What do you think of your friends?
Are You Really The One - Ecoutez
What will you post this as?
Wannabe - Spice Girls

Nemu post iseng tapi wagu. For fun lah ya habis rapotan.(Yuhu libur telah tiba!)
Coba deh, kalo ga ada kerjaan.
RULES:
1. Put your iTunes, Windows Media Player, etc. on shuffle.
2. For each question, press the next button to get your answer.
3. You must write that name song down not matter how silly it sounds
4. Have Fun!
If someone says 'are you okay', you say?
California King Bed - Rihanna
(Are you okay? In this California King beeeed. Oke. Mungkin permulaan yang tidak terlalu bagus.)
How would you describe yourself?
Happy Ending - Abdul & The Coffee Theory
(Karena aku...happy endingmu)
What do you like in a guy/girl?
Mencuri Hati - RAN
(Ya ampun cucok nih yang ini. Yang mencuri hatikyu.)
How do you feel today?
Don't Say You Love Me - M2M
(Cucok lagi. Read this boy.)
What is your life's purpose?
Endless Love - Glee Cast
(... Ama that desperate?)
What's your motto?
Runaway - Bruno Mars
(Emangnya saya teroris?)
What do ur friends think of u?
Sang Pemimpi - Gigi
(Tuh kan cocok lagi!)
What do your parents think of you?
Something More - Secondhand Serenade
( I will be, parrents. Hangin there, in six years maybe? Doakan anakmu ini.)
What do you think about very often?
Deer In The Headlights - Owl City
(Oke. Kesannya saya seperti pejantan rusa di musim kawin)
What is 2 + 2?
Goodbye Lullaby - Avril
(No comment.)
What do you think of your best friend?
No Parade - Jordin Sparks
(No parades ya babes. Catet.)
What is your life story?
Hollywood - Michael Buble
(OMG! Apakah ini adalah suatu pertanda bahwa saya memang ditakdirkan jadi artis hollywood?)
What do you want to be when you grow up?
Be Mine - Adhitya
(I want to be mine. Antara nyambung dan ga nyambung sih ya...)
What do you think when you see the person you like?
Go On Girl - Ne Yo
(Tuh. Go on, Nis!)
What will you dance to at your wedding?
What The Hell - Avril
(What the hell banget. I'm sure I won't dance. Moreover to this song.)
What will they play at your funeral?
Happy Ending - Mika
(Jangan dong. Masa No hope no love no glory no happy ending.)
What is your hobby/interest?
Everything - Michael Buble
(Okesip)
What is your biggest fear?
Careful - Paramore
(Oh mungkin karena ini saya jadi susah banget careful?)
What is your biggest secret?
Summertime - Cody Simpson
(Sumpah saya ga ngapa-ngapain sama Cody summer kemarin.)
What do you want right now?
Let The Rain - Sara Bareilles
(Tau aja lagi galau.)
What do you think of your friends?
Are You Really The One - Ecoutez
What will you post this as?
Wannabe - Spice Girls

sumpah penting banget
Tanggung jawablah yang menemukan ultramilk dingin dan sereal Gorilaz.
Kenapa enak tapi kalorinya membludak gini. Kalo aku gendut gimana coba?
Bentuk yang paling saya suka itu lingkaran, atau bentuk bulat. Ga tau kenapa. Bagus aja diliat.
Ya kan?
Dilihat dari sisi mana aja bentuknya sama.
Ga ada sudutnya, dan ujung-ujungnya melebur sempurna gitu. How sweet.. Haha.
(Anyway seperti biasa sebenernya agak ga nyambung sih masalah lingkaran-lingkaran itu tadi)
Saya baru tau kalo ternyata bentuk bumi itu bulat waktu kelas 2 SD. Teori Copernicus katanya.
Awalnya sih ga percaya, saya pengen coba berlayar lurus untuk ngeliat apakah beneran bisa balik ke titik asalnya kayak Kristoforus Kolumbus gitu. Tapi ga kesampean karena saya ga tahan naik kapal.
Krik.
Ehm. Back to topic.
(Anyway lagi, sebenernya saya juga bukan mau bahas sains masalah bumi itu lho ya.)
Hidup kita yang di atas bumi ini ibarat follower tempatnya berpijak, maksud saya, hidup kita ini juga bulat bentuknya. Dan berotasi juga layaknya bumi si trendsetter. Kalo orang bilang, kayak roda.
Kadang di atas, kadang di bawah.
Kadang yang di atas pengen di atas terus tapi malah kepleset lengkungnya hidup jadi di bawah.
Kadang yang di bawah tau-tau udah di atas aja.
Kadang yang di bawah udah manjat sekuat tenaga tapi ga nyampe atas juga.
Kadang-kadang yang di atas pengen ke bawah, yang di bawah pengen ke atas.
Ya gitulah, penuh antitesis ironis kayak puisi jaman SMP.
Tapi kalo dipikir-pikir saya bakalan lebih pilih ada di bawah deh. Soalnya kalo di atas rasanya pasti ga tenang 180 derajat comfort zone yang menyenangkan itu berakhir dan kapan saatnya tergelincir ke bawah.
Kalo di bawah kan kita ga suwung karena ada sesuatu yang harus diperjuangkan. Dan the best part is saya tau beberapa waktu kemudian saya bakalan ada di atas. Hahaha teteup, mental tempe.
Jadi intinya ga masalah kan ya kita di titik mana pun selama masih di jalur yang benar. Ya kayak Kolumbus tadi, kita pasti kembali ke titik awal lagi, yang berarti setiap kita bakalan melewati 0-180 derajat comfort zone dan 180-360 derajat not-so-comfort zone. Begitu seterusnya sampai kiamat. Jadi dinikmatin aja lah ya.
Sekarang yang jadi masalahnya adalah apakah kita sudah menahkodai kapal kita sehebat Kolumbus?
Maksudnya... Gimana bisanya kita deh, ngebut sekuat tenaga waktu di bawah dan menancapkan jangkar dalam-dalam waktu di atas sebelum akhirnya tertarik gravitasi dan jatuh lagi, ngebut lagi.
Kalo kata fisika kan, (catat ini!!!!) kecepatan berbanding lurus dengan jarak. Makin cepet kita menyelesaikan satu masalah, makin banyak pengalaman yang akan kita dapet.
Aamiin.
Belum lagi kalo nanti di tengah perjalanan menempuh lingkaran hidup, kita ketemu kejutan-kejutan gitu. Mungkin kayak Kolumbus yang malah nemu Amerika?
Khakh kelepasan curcol lagi. \(˘o˘'!)/
O
Dilihat dari sisi mana aja bentuknya sama.
Ga ada sudutnya, dan ujung-ujungnya melebur sempurna gitu. How sweet.. Haha.
(Anyway seperti biasa sebenernya agak ga nyambung sih masalah lingkaran-lingkaran itu tadi)
Saya baru tau kalo ternyata bentuk bumi itu bulat waktu kelas 2 SD. Teori Copernicus katanya.
Awalnya sih ga percaya, saya pengen coba berlayar lurus untuk ngeliat apakah beneran bisa balik ke titik asalnya kayak Kristoforus Kolumbus gitu. Tapi ga kesampean karena saya ga tahan naik kapal.
Krik.
Ehm. Back to topic.
(Anyway lagi, sebenernya saya juga bukan mau bahas sains masalah bumi itu lho ya.)
Hidup kita yang di atas bumi ini ibarat follower tempatnya berpijak, maksud saya, hidup kita ini juga bulat bentuknya. Dan berotasi juga layaknya bumi si trendsetter. Kalo orang bilang, kayak roda.
Kadang di atas, kadang di bawah.
Kadang yang di atas pengen di atas terus tapi malah kepleset lengkungnya hidup jadi di bawah.
Kadang yang di bawah tau-tau udah di atas aja.
Kadang yang di bawah udah manjat sekuat tenaga tapi ga nyampe atas juga.
Kadang-kadang yang di atas pengen ke bawah, yang di bawah pengen ke atas.
Ya gitulah, penuh antitesis ironis kayak puisi jaman SMP.
Tapi kalo dipikir-pikir saya bakalan lebih pilih ada di bawah deh. Soalnya kalo di atas rasanya pasti ga tenang 180 derajat comfort zone yang menyenangkan itu berakhir dan kapan saatnya tergelincir ke bawah.
Kalo di bawah kan kita ga suwung karena ada sesuatu yang harus diperjuangkan. Dan the best part is saya tau beberapa waktu kemudian saya bakalan ada di atas. Hahaha teteup, mental tempe.
Jadi intinya ga masalah kan ya kita di titik mana pun selama masih di jalur yang benar. Ya kayak Kolumbus tadi, kita pasti kembali ke titik awal lagi, yang berarti setiap kita bakalan melewati 0-180 derajat comfort zone dan 180-360 derajat not-so-comfort zone. Begitu seterusnya sampai kiamat. Jadi dinikmatin aja lah ya.
Sekarang yang jadi masalahnya adalah apakah kita sudah menahkodai kapal kita sehebat Kolumbus?
Maksudnya... Gimana bisanya kita deh, ngebut sekuat tenaga waktu di bawah dan menancapkan jangkar dalam-dalam waktu di atas sebelum akhirnya tertarik gravitasi dan jatuh lagi, ngebut lagi.
Kalo kata fisika kan, (catat ini!!!!) kecepatan berbanding lurus dengan jarak. Makin cepet kita menyelesaikan satu masalah, makin banyak pengalaman yang akan kita dapet.
Aamiin.
Belum lagi kalo nanti di tengah perjalanan menempuh lingkaran hidup, kita ketemu kejutan-kejutan gitu. Mungkin kayak Kolumbus yang malah nemu Amerika?
Khakh kelepasan curcol lagi. \(˘o˘'!)/
Syelamat syiang semuanya.
Kali ini mari kita ngomongin tentang kebudayaan masyarakat Indonesia dewasa ini. Yak, apalagi kalo bukan jejaring sosial atau sering disebut socmed dalam bahasa (yang dianggap) gaul.
Tapi tapi, seperti biasa point of view tulisan kali ini dari sisi saya aja dan dipenuhi berbagai realita personal gitu deh.
*sayup-sayup terdengar suara kursor bergeser ke arah tanda silang kanan atas*
Dalam post ini saya akan menggunakan metodologi sampling, yaitu saya akan mengambil contoh dari beberapa jejaring sosial yang sedang ataupun pernah mampir dalam hidup saya dalam waktu agak lamaan. Yah katakanlah > 3 bulan lah ya.
Di mana pada saat itu halaman profil friendster saya penuh dengan glitter warna-warni yang menyulapkan mata. Dan about me-nya yang diindikasikan panjangnya melebihi satu folio bolak-balik. (Ya. Bakat saya gonta-ganti bio telah terlihat sejak masih belia) Dan kolom testimonials yang penuh dengan "Koq cuma view ajja?"
Astaghfirullahalazim. Sudah sudah, lebih baik kita move on.
Namun seiring berjalannya waktu, kenaifan naluri SMP saya membuat Facebook tak seindah dulu. Saya juga ga ngerti pola pikir saya waktu nge-accept semua friend requests. Dipikir kalo friends-nya banyak jadi sangar gitu po piye ya.
Sebenernya sampai hari ini saya masih rutin sih buka Facebook. Soalnya fiturnya emang paling lengkap daripada socmed yang lain. Cuma ya itu, orang-orang di dalemnya itu lho.
Pernah suatu ketika waktu SMP saya update status marah-marah gitu, tentang masalah sekolah. Dan bodohnya saya lupa kalo salah satu guru ada yang udah temenan sama saya di Facebook. Di-comment deh tuh. Bodohnya lagi saya lupa ibu saya juga punya Facebook! Dan entah bagaimana, semesta berkonspirasi membuatnya melihat status saya yang itu. Dimarahin lah...
3. Twitter
Yuhu. Bisa diibaratkan yang satu ini adalah pacar saya. Rasanya ga bisa gitu ga buka Twitter sehari aja.
Sekadar kepo-kepo, atau retweet ga penting, atau ganti bio. (C'mon, Nis)
Satu-satunya yang saya suka di sini yaitu bisa update status semenit sekali tanpa disangka orang gila! Ya at least karena followers saya isinya temen-temen sepantaran yang sebagian besar juga melakukan hal yang sama.
Satu-satunya yang paling saya inget dari Twitter adalah sindir-sindiran dan ngepo tweets orang. Sumpah ya kayak kekurangan dosa aja. Tapi ya mau gimana lagi ya, itu sudah menjadi sebuah rutinitas buruk yang susah banget dihilangkan. Kalo kata Bu Ambar, "Sedhakep ngawe-awe." Mau tobat tapi niatnya belum beneran.
Tapi ga melulu Twitter isinya begitu kok. Di Twitter saya suka sama konsepnya.
Satu, konsep 140 karakter.
Ga usah ngomong banyak-banyak, biar pembaca yang menafsirkan. Tapi mungkin ini juga kali ya yang menyebabkan proses judge-mengejudge antar pengguna Twitter. Yang jelas sebagian orang bisa melakukan itu, dan membuat mereka punya ribuan followers (dan biasanya ujung-ujungnya launching buku) dan disebut sebagai "selebtwit." Pinter-pinternya aja ya memanfaatkan hal sesederhana Twitter.
Dua, Trending Topic.
Mmm awalnya sih seru. Mempermudah searching hashtag-hashtag yang bermanfaat gitu. Misal waktu gempa Haiti, hashtag lucu-lucu, #indonesiaunite, kamseupay (?), Shinta Jojo Keong Racun (?).
Tapi kok lama-lama sebagian orang menganggap kalo masuk TT itu sangar. Dari acara berita yang kayak kurang event buat diberitakan sampe beritain tweet orang, bahkan acara-acara TV yang udah punya nama sekalipun bawa-bawa masuk Trending Topic World Wide. Trus kon ngapakke. #nomention
Tiga, Follow.
Ini sebenernya udah efisien banget. Yang mau follow silakan, ga suka tinggal unfollow. Tapi masih ada aja yang protes sama isi Timeline-nya sendiri. Ya tapi saya paham sih rasanya pekewuh dimintain folback sama alay yang kebetulan kita kenal..... (Ya. Terimalah bahwa sebagian teman kita menulis tweet yang tidak terlalu sedap dipandang)
2. Tumblr
Merasa terkungkung dengan 140 karakter, saya pun beralih ke Tumblr. Awalnya asik aja. Lama-lama setelah tau Tumblr isinya gambar dan quote lucuk-lucuk, tangan ini gatal dan tak kuasa berhenti reblog.
1. Blogspot
Yang ini ibaratnya selingkuhan saya. Ga pernah saya liat-liatin ke orang, dibukanya juga ga sering-sering amat. Tapi sama dia saya nyaman aja.
Di sini saya merasa lebih jujur daripada di jejaring sosial tersebut di atas. Mungkin di Facebook saya ga berani pasang status lagi. Di Twitter saya kadang ngetweet sok elegan. Di Tumblr saya kebanyakan reblog. Nah, di blogger ini sekali bikin postingan rasanya bener-bener merdeka. Hahaha. Apalagi yang tau blog ini paling juga cuma beberapa orang: yang pernah ngeklik link di Twitter (yang saya pasang 3 hari pertama), yang saya kasih tau, dan yang nge-googling nama saya. Which one are you? Hehehe.
Dan yang jelas mekanika follow di sini berjalan sesuai hakikat awal karena ga banyak usernya. Klik follow nya juga lebih ribet juga sih.
Tapi jujur sejujur apa pun di socmed tetep aja lah ada sisi ga jujurnya. Nunjukin yang bagus aja, itu pun masih dibagus-bagusin. Naluri manusia buat show off emang kegedean. Buat kebanyakan orang sih. Lagi-lagi menurut saya lhoooo.
Kali ini mari kita ngomongin tentang kebudayaan masyarakat Indonesia dewasa ini. Yak, apalagi kalo bukan jejaring sosial atau sering disebut socmed dalam bahasa (yang dianggap) gaul.
Tapi tapi, seperti biasa point of view tulisan kali ini dari sisi saya aja dan dipenuhi berbagai realita personal gitu deh.
*sayup-sayup terdengar suara kursor bergeser ke arah tanda silang kanan atas*
Dalam post ini saya akan menggunakan metodologi sampling, yaitu saya akan mengambil contoh dari beberapa jejaring sosial yang sedang ataupun pernah mampir dalam hidup saya dalam waktu agak lamaan. Yah katakanlah > 3 bulan lah ya.
6. Friendster
Eh yang ini udah kukut dari dulu ya? Yang jelas kalau diibaratkan film, ini adalah Petualangan Sherina yang notabene adalah film pertama yang saya tonton. As well as Friendster ini. Dia cinta pertama saya dalam dunia jejaring sosial. Kami bertemu di awal perkenalan saya dengan dunia maya. Setelah saya bosan membuka situs Primbon dan search gambar-gambar kartun di Google. Kira-kira tahun 2007 gitu waktu masih freshgraduate dari SD. Wakaka.Di mana pada saat itu halaman profil friendster saya penuh dengan glitter warna-warni yang menyulapkan mata. Dan about me-nya yang diindikasikan panjangnya melebihi satu folio bolak-balik. (Ya. Bakat saya gonta-ganti bio telah terlihat sejak masih belia) Dan kolom testimonials yang penuh dengan "Koq cuma view ajja?"
Astaghfirullahalazim. Sudah sudah, lebih baik kita move on.
5. Facebook
Kurang lebih tahun 2008, saya kenalan sama Facebook. Dengan tampilan yang lebih elegan dan simple. Games-nya banyak. Betapa tentramnya Facebook di kala itu sehingga saya memutuskan untuk mencampakkan Friendster. Wall-wallan, comment status, nulis notes, chat, tag foto, main Pet Society, rasan-rasan di group.Namun seiring berjalannya waktu, kenaifan naluri SMP saya membuat Facebook tak seindah dulu. Saya juga ga ngerti pola pikir saya waktu nge-accept semua friend requests. Dipikir kalo friends-nya banyak jadi sangar gitu po piye ya.
Sebenernya sampai hari ini saya masih rutin sih buka Facebook. Soalnya fiturnya emang paling lengkap daripada socmed yang lain. Cuma ya itu, orang-orang di dalemnya itu lho.
Pernah suatu ketika waktu SMP saya update status marah-marah gitu, tentang masalah sekolah. Dan bodohnya saya lupa kalo salah satu guru ada yang udah temenan sama saya di Facebook. Di-comment deh tuh. Bodohnya lagi saya lupa ibu saya juga punya Facebook! Dan entah bagaimana, semesta berkonspirasi membuatnya melihat status saya yang itu. Dimarahin lah...
4. Foursquare
Ini adalah jejaring sosial yang paling susah dipahami. Ga jelas apa motivasi saya daftar Foursquare. Untung cuma bertahan 3 bulan. Check in. Check in. Add Friend. Check in. Check in. Dapet badge. Apaan gitu lho. Kecuali yang mau mengukuhkan eksistensinya sebagai bukan anak rumahan, saya paham sih. Hahaha.3. Twitter
Yuhu. Bisa diibaratkan yang satu ini adalah pacar saya. Rasanya ga bisa gitu ga buka Twitter sehari aja.
Sekadar kepo-kepo, atau retweet ga penting, atau ganti bio. (C'mon, Nis)
Satu-satunya yang saya suka di sini yaitu bisa update status semenit sekali tanpa disangka orang gila! Ya at least karena followers saya isinya temen-temen sepantaran yang sebagian besar juga melakukan hal yang sama.
Satu-satunya yang paling saya inget dari Twitter adalah sindir-sindiran dan ngepo tweets orang. Sumpah ya kayak kekurangan dosa aja. Tapi ya mau gimana lagi ya, itu sudah menjadi sebuah rutinitas buruk yang susah banget dihilangkan. Kalo kata Bu Ambar, "Sedhakep ngawe-awe." Mau tobat tapi niatnya belum beneran.
Tapi ga melulu Twitter isinya begitu kok. Di Twitter saya suka sama konsepnya.
Satu, konsep 140 karakter.
Ga usah ngomong banyak-banyak, biar pembaca yang menafsirkan. Tapi mungkin ini juga kali ya yang menyebabkan proses judge-mengejudge antar pengguna Twitter. Yang jelas sebagian orang bisa melakukan itu, dan membuat mereka punya ribuan followers (dan biasanya ujung-ujungnya launching buku) dan disebut sebagai "selebtwit." Pinter-pinternya aja ya memanfaatkan hal sesederhana Twitter.
Dua, Trending Topic.
Mmm awalnya sih seru. Mempermudah searching hashtag-hashtag yang bermanfaat gitu. Misal waktu gempa Haiti, hashtag lucu-lucu, #indonesiaunite, kamseupay (?), Shinta Jojo Keong Racun (?).
Tapi kok lama-lama sebagian orang menganggap kalo masuk TT itu sangar. Dari acara berita yang kayak kurang event buat diberitakan sampe beritain tweet orang, bahkan acara-acara TV yang udah punya nama sekalipun bawa-bawa masuk Trending Topic World Wide. Trus kon ngapakke. #nomention
Tiga, Follow.
Ini sebenernya udah efisien banget. Yang mau follow silakan, ga suka tinggal unfollow. Tapi masih ada aja yang protes sama isi Timeline-nya sendiri. Ya tapi saya paham sih rasanya pekewuh dimintain folback sama alay yang kebetulan kita kenal..... (Ya. Terimalah bahwa sebagian teman kita menulis tweet yang tidak terlalu sedap dipandang)
2. Tumblr
Merasa terkungkung dengan 140 karakter, saya pun beralih ke Tumblr. Awalnya asik aja. Lama-lama setelah tau Tumblr isinya gambar dan quote lucuk-lucuk, tangan ini gatal dan tak kuasa berhenti reblog.
1. Blogspot
Yang ini ibaratnya selingkuhan saya. Ga pernah saya liat-liatin ke orang, dibukanya juga ga sering-sering amat. Tapi sama dia saya nyaman aja.
Di sini saya merasa lebih jujur daripada di jejaring sosial tersebut di atas. Mungkin di Facebook saya ga berani pasang status lagi. Di Twitter saya kadang ngetweet sok elegan. Di Tumblr saya kebanyakan reblog. Nah, di blogger ini sekali bikin postingan rasanya bener-bener merdeka. Hahaha. Apalagi yang tau blog ini paling juga cuma beberapa orang: yang pernah ngeklik link di Twitter (yang saya pasang 3 hari pertama), yang saya kasih tau, dan yang nge-googling nama saya. Which one are you? Hehehe.
Dan yang jelas mekanika follow di sini berjalan sesuai hakikat awal karena ga banyak usernya. Klik follow nya juga lebih ribet juga sih.
Tapi jujur sejujur apa pun di socmed tetep aja lah ada sisi ga jujurnya. Nunjukin yang bagus aja, itu pun masih dibagus-bagusin. Naluri manusia buat show off emang kegedean. Buat kebanyakan orang sih. Lagi-lagi menurut saya lhoooo.
Dont judge anyone from his profile page
Monday-Tuesday-Wednesday-Thursday will be killing me softly.
Wish me luck.
Doakan saya selamat dan tidak tewas mengenaskan hari Kamis nanti...
!@#$%^&!@#$%^&**()_!!!!!!!!
*plek*
Bukaaan. Bukan mau sok-sok nulis review buku Dee kok. Cuma mau nulis salah satu potongan kesukaan saya dalam kumpulan prosa satu dekade-nya Dee tersebut.
“Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.
Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tak disebar.
Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring bukan digiring.”
- Dewi Lestari,
dalam Spasi Filosofi Kopi
Karena ini malam minggu, postingan kali ini akan cheesy cheesy gimana gitu. Hehehe.
Jadi ini copas dari tumblr-nya Ika Natassa. Tagline-nya: Bold what you feel!
(This is written for my personal pleasure. Gotta be my most boring unimportant post. Told ya......)
When you’re having a really bad day and hearing his voice on the phone just makes it all go away. When all you want to do is listen to him talk passionately about his plans for the future. When you would sacrifice your shopping time just to cheer him up on the field. When a mention of his name makes you miss him so much. When all you want to do is staying up and taking care of him when he’s sick. When your face glows every time you meet him. When even the way he laughs and eats and sleeps fascinate you. When you realize you can finish each other’s sentences. When you can recognize his perfume from miles away. When you laugh when he laughs. When you love seeing the reflection of yourself in his eyes. When you can’t stop smiling every time people talk about the two of you. When you remember him in your prayer. When you feel that he’s the only one who can understand you. When everything that makes him happy will make you happy, no matter how hurtful it is inside. When you’re often torn between your own egocentricity and your feelings for him. When really you’re mad at him but all you want to do is cry on his shoulder. When you can’t help glancing at him every other second as you’re both in the car and he’s seriously watching the traffic. When you actually enjoy the moment when he’s teasing you eventhough you’re pissed. When you dreams of yourself being married to him with kids. When you want to be the woman who makes him coffee and puts on his tie every morning. When you’re seriously reconsidering the relocation because it means leaving him as you move to another country. When you find his boyish whining attitude is endearing. When you find his snoring endearing. When you have your own nickname for him. When every time his name pops up in your inbox you smile. When you gladly wipes his sweat. When you forget when was the last time his name doesn’t cross your mind. When you can remember perfectly the sound of his funny laugh, his fake laugh, and his amused laugh. When he’s the only face you want to be on your 500 bucks Anya Hindmarch be-a-bag. When you would stay awake just to watch him sleep. When you’re seriously thinking of getting a tattoo of his name on your left. When he makes you happy and makes you cry at the same time. When you want him to always be your ‘imam’ when you’re praying. When you’re glad that you can be helpless sometimes because it means you can rely on his strong arms to help you. When being with him makes you want to be a better person. When everything could go wrong in the world and it’s okay, because he’s there, with you.