"A blog is the perfect timeline to see yourself grows up. The achievements and disappointment, and the way it changes. You'll get surprised when scroll down next year."
- Caecilia Hidayat
Ayay Captain! 2 weeks to go to holiday. (Read: posting everyday)
It's not going to school is that bad.
Errrrr, I admit I rather love it a bit now. (sumpah.)
Errrrr, I admit I rather love it a bit now. (sumpah.)
Udah kelas 12 harus rajin, ah.
( Note that. It's a professional procrastinator's promise. )
( Note that. It's a professional procrastinator's promise. )
Semangat kaka!
When the download has been 94% completed then it disconnects...
I'm gonna eat the modem but the hip hop lady says:
Yo, relaxxx yo mind. Forget dat, be tossin o' da scooter tonite!
(Sumpah judulnya ga banget. Kaya episod Doraemon ga sih.)
Seperti yang saya bilang pada post sebelumnya. Akhir-akhir ini bingung mau nulis apa. Mungkin lagi ga pada siklusnya kali ya... Jadi hormonnya belum terstimulasi.
Selama punya blog ini saya ga pernah ngomongin film atau buku gitu kan ya.
Kali ini mau nulis tentang film ah. Tapi bukan review lho ya, camkan. Soalnya saya cuma sekedar penikmat. Nontonnya dari kacamata seorang amatir yang cuma tau 2 jenis film: yang enak diliat dan yang engga.
Jadiii, ini kan lagi libur puasa. Saya memutuskan buat movie marathon seperti biasa. Berhubung stock film di rumah udah habis, kemarin saya bikin member ke movie rental---yang di Wonogiri nyarinya sambil penuh perjuangan. Mana sekali ketemu mahal gehlaaak. Satu film 5ribu 2 hari coba.
Ehm. Ok back to topic.
Yang terakhir saya tonton judulnya War Horse. Dan itu lumayan bagus pemirsa. Genrenya drama sih, as always. Ada actionnya dikit juga. Ceritanya cukup sederhana, tentang persahabatan manusia sama kuda gitu deh. Sounds freak ya sepertinya. Tapi bagus kok beneran. (.__.)
Jadi ceritanya terpisah gitu deh tokoh utamanya, Joey, kuda yang nggantheng (walaupun ga jelas kuda ini cowok apa cewek sih di film-nya), sama Albert, anak petani yang ngelatih Joey dari kecil.
Si Joey dijual sama Ted, bapaknya Albert, ke kavaleri buat Perang Dunia I. Trus inti ceritanya sih nyeritain Joey melewati masa perang waktu itu, sempet beberapa kali dirawat beberapa orang, sampai akhirnya ketemu lagi sama si Albert yang udah jadi sukarelawan perang.
Durasinya 2,5 jam. CD-nya aja sampe jadi 3 keping. Ga bosenin sih, tapi ya agak monoton. Untung sinematografinya bagus. Hahaha sotoy banget ya. Apalah itu pokoknya pengambilan gambarnya tuh artistik gitu. Trus settingnya dapet banget. (.__.)
Pemeran Albert-nya ganteng. Emillie juga cantik banget. Trus ada juga yang main The Reader yang jadi cowoknya itu. Aksen britishnya juga lucu didenger.
Saya waktu selesai nonton filmnya, baru ngeh waktu baca credit. Ternyata sutradaranya Steven Spielberg. Oalah. Ya pantes aja bagus. Tapi bagusnya kok ga yang 'wah' gitu ya. Halah kakean protes, Nis.
Yang paling saya suka dari War Horse itu di sini kita bakalan melihat sisi lain dari perang.
Mmmm gimana ya. Walaupun si tokoh utamanya ini orang Inggris, tapi kita ga bakal memihak Inggris. Dari mata rakyat jelata lah pokoknya.
Lagi adem ayem. Jederrr tiba-tiba perang. Yang mereka tau perang itu ribet dan nyusahin. Dan yang gabung jadi tentara itu bukan karena pengen membela negara dsb dsb. Perang, politik, negara, dll itu cuma nomor ke sekian dalam hidup kita. Mereka cuma pengen bahagia aja. Ya gitulah.. Mbuh sentimental banget saya pikir-pikir.
Tokoh kesukaan saya: Rosie, ibunya Albert. She exactly knows how to think like a man and act like a lady.
Ini dialog waktu Ted lagi desperate ga kuat bayar rent ladangnya gara-gara malah beli kuda mahal di pelelangan dan mabuk-mabukan.
Seperti yang saya bilang pada post sebelumnya. Akhir-akhir ini bingung mau nulis apa. Mungkin lagi ga pada siklusnya kali ya... Jadi hormonnya belum terstimulasi.
Selama punya blog ini saya ga pernah ngomongin film atau buku gitu kan ya.
Kali ini mau nulis tentang film ah. Tapi bukan review lho ya, camkan. Soalnya saya cuma sekedar penikmat. Nontonnya dari kacamata seorang amatir yang cuma tau 2 jenis film: yang enak diliat dan yang engga.
Jadiii, ini kan lagi libur puasa. Saya memutuskan buat movie marathon seperti biasa. Berhubung stock film di rumah udah habis, kemarin saya bikin member ke movie rental---yang di Wonogiri nyarinya sambil penuh perjuangan. Mana sekali ketemu mahal gehlaaak. Satu film 5ribu 2 hari coba.
Ehm. Ok back to topic.
Yang terakhir saya tonton judulnya War Horse. Dan itu lumayan bagus pemirsa. Genrenya drama sih, as always. Ada actionnya dikit juga. Ceritanya cukup sederhana, tentang persahabatan manusia sama kuda gitu deh. Sounds freak ya sepertinya. Tapi bagus kok beneran. (.__.)
Jadi ceritanya terpisah gitu deh tokoh utamanya, Joey, kuda yang nggantheng (walaupun ga jelas kuda ini cowok apa cewek sih di film-nya), sama Albert, anak petani yang ngelatih Joey dari kecil.
Si Joey dijual sama Ted, bapaknya Albert, ke kavaleri buat Perang Dunia I. Trus inti ceritanya sih nyeritain Joey melewati masa perang waktu itu, sempet beberapa kali dirawat beberapa orang, sampai akhirnya ketemu lagi sama si Albert yang udah jadi sukarelawan perang.
Durasinya 2,5 jam. CD-nya aja sampe jadi 3 keping. Ga bosenin sih, tapi ya agak monoton. Untung sinematografinya bagus. Hahaha sotoy banget ya. Apalah itu pokoknya pengambilan gambarnya tuh artistik gitu. Trus settingnya dapet banget. (.__.)
Pemeran Albert-nya ganteng. Emillie juga cantik banget. Trus ada juga yang main The Reader yang jadi cowoknya itu. Aksen britishnya juga lucu didenger.
Saya waktu selesai nonton filmnya, baru ngeh waktu baca credit. Ternyata sutradaranya Steven Spielberg. Oalah. Ya pantes aja bagus. Tapi bagusnya kok ga yang 'wah' gitu ya. Halah kakean protes, Nis.
Yang paling saya suka dari War Horse itu di sini kita bakalan melihat sisi lain dari perang.
Mmmm gimana ya. Walaupun si tokoh utamanya ini orang Inggris, tapi kita ga bakal memihak Inggris. Dari mata rakyat jelata lah pokoknya.
Lagi adem ayem. Jederrr tiba-tiba perang. Yang mereka tau perang itu ribet dan nyusahin. Dan yang gabung jadi tentara itu bukan karena pengen membela negara dsb dsb. Perang, politik, negara, dll itu cuma nomor ke sekian dalam hidup kita. Mereka cuma pengen bahagia aja. Ya gitulah.. Mbuh sentimental banget saya pikir-pikir.
Tokoh kesukaan saya: Rosie, ibunya Albert. She exactly knows how to think like a man and act like a lady.
Ini dialog waktu Ted lagi desperate ga kuat bayar rent ladangnya gara-gara malah beli kuda mahal di pelelangan dan mabuk-mabukan.
Ted : “You’ll stop loving me Rose, and I won’t blame you when you do.”Co cweet banget kan.
Rose : “Well, I might hate you more, but I’ll never love you less.”
Saat pengen buka blog tapi ga tau mau ngepost apa. Sekian.
#dikiratwitterapagimana -_-
#dikiratwitterapagimana -_-