Pernah capek? Pernah menyesal? Pernah merasa melakukan sesuatu yang sia-sia?
Suatu siang, saya males langsung pulang. Saya duduk-duduk di kelas sambil memperhatikan anak-anak kelas saya yang lagi nunggu ekskul Jepang. Mereka lagi ngelipat-lipat kertas warna-warni jadi bunga-bungaan buat dibikin lampion. Saya tertarik dong. Jadilah saya minta diajarin sama Hana, teman saya yang pinter origami.
Buat saya (yang biasanya paling mentok bikin kapal-kapalan dari kertas), origami itu cukup ribet.
Mana kertasnya kecil, otomatis ngelipatnya jadi tambah rumit. Lalu tibalah saya pada bagian ngelipat yang katanya Hana harus hati-hati karena (katanya lagi) bagian yang paling susah. Harus pakai perasaan katanya.
Jadi saya pun melipat-lipat dengan semangat empat lima walaupun salah-salah dan harus ngulangin lagi. Lalu sampailah saya untuk ke bagian selanjutnya. Dan tahukah anda? Bagian selanjutnya ternyata membuka lipatan-lipatan yang rumit tadi! Saya mangkel to the max.
Proteslah saya, "Lho Han, berarti kita melakukan pekerjaan yang sia-sia? Padahal kan tadi udah sepenuh hati ngelipetnya.."
Dan tahukah anda? Saya malah diomelin sama Hana. "Hargai prosesnya dong! Yang tadi kan menghasilkan garis-garis ini. Garis itu buat nantinya buat mempermudah bagian selanjutnya. Namanya juga Origami"
Begitulah ceritanya.
Sampai sekarang konsep itu selalu terngiang-ngiang di pikiran saya.
Sampai sekarang konsep itu selalu terngiang-ngiang di pikiran saya.
Jadi, memang semua itu nggak ada yang sia-sia.
Semata-mata rangkaian dari proses untuk membentuk.
Ditambah lagi beberapa waktu lalu saya diajarkan Pak Padi, guru agama Islam saya di sekolah tentang sebuah ayat.
Yang kurang lebih bunyinya begini:
"Tuhan menjadikan segala sesuatu bukan tanpa manfaat.Hanya akal manusia yang terkadang terbatas untuk mengerti."
Hehe.